Stunting adalah salah satu masalah kesehatan yang serius di Indonesia. Stunting adalah kondisi di mana anak mengalami gangguan pertumbuhan, yang dapat terjadi pada periode prenatal (sebelum lahir), periode neonatal (setelah lahir hingga usia 28 hari), dan periode balita (usia 0-59 bulan).
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2020, prevalensi stunting di Indonesia sebesar 27,7%, yang artinya lebih dari 9 juta anak mengalami stunting. Angka ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand.
Stunting dapat terjadi karena berbagai faktor, termasuk nutrisi yang buruk, sanitasi yang buruk, infeksi kronis, dan faktor genetik. Faktor utama yang menyebabkan stunting di Indonesia adalah kurangnya gizi, terutama gizi buruk yang disebabkan oleh pola makan yang tidak sehat dan tidak seimbang.
Anak-anak yang mengalami stunting memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami masalah kesehatan di masa depan, seperti gangguan perkembangan mental dan fisik, penurunan kemampuan belajar dan produktivitas, dan peningkatan risiko penyakit kronis seperti diabetes dan penyakit kardiovaskular.
Untuk mengatasi masalah stunting di Indonesia, pemerintah telah melakukan berbagai upaya, seperti program pemberian makanan tambahan untuk anak-anak balita, program peningkatan akses ke air bersih dan sanitasi yang baik, serta kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya nutrisi yang seimbang dan kesehatan anak.
Namun, upaya pemerintah dalam menanggulangi stunting masih terbatas, dan masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Beberapa tantangan yang dihadapi antara lain kurangnya akses ke sumber daya dan informasi tentang nutrisi yang seimbang, rendahnya tingkat pendidikan dan kesadaran masyarakat, dan kurangnya dukungan dari sektor swasta.
Untuk mengatasi masalah stunting, perlu dilakukan upaya yang lebih luas dan berkelanjutan, termasuk peningkatan ketersediaan dan akses ke makanan yang sehat dan bergizi, peningkatan akses ke sanitasi dan air bersih yang baik, dan kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya nutrisi yang seimbang dan kesehatan anak. Dengan upaya yang berkelanjutan dan dukungan dari semua pihak, diharapkan masalah stunting dapat diatasi dan anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Dengan adanya program Sekolah Siaga Kependudukan di SMA Negeri 2 Padang Panjang, yang biasa disebut dengan “SSK Smanda’, diharapkan mampu menjadi agent of change dalam mensosialisasikan masalah stunting khususnya di lingkungan sekolah dengan memberikan sejumlah penyuluhan baik secara lisan maupun non lisan.